Label

Kamis, 24 Januari 2013

Hujan dan Kita

        Hujan. Pagi ini langit biru tertutup awan mendung yang diselimuti hujan deras. Aku suka suasananya, selalu suka. Bau tanah yang basah, bau rumput, aromanya terasa segar. Menciptakan ketenangan bagi yang menikmatinya. Duduk di ayunan seperti ini, memandang hamparan rumput dan tetesan air hujan yang jatuh mengenainya, seandainya itu bersama kamu, semuanya akan terasa indah. 
        Dygta. Satu orang itu yang selalu aku rindukan kehadirannya saat ini. Beribu mil kami terpisahkan jarak yang menghalangi jalinan cinta kami. Sudah setahun sejak lelaki itu pergi, memutuskan untuk melanjutkan menuntut ilmu jauh di benua barat sana. Dulu, lelaki itu yang menguatkan ku akan kisah cinta terbentang jarak yang akan kami lalu ini. Dulu, lelaki itu yang selalu menghapus air mata di setiap detik-detik menjelang perpisahan kami. Hingga tiba saat dia benar-benar pergi, tangannya terus menggenggam tangan ku erat, mengisyaratkan bahwa dia akan kembali, untukku. Tak akan meninggalkanku. Satu hari berlalu, semua terasa mudah karena lelaki itu terus bercerita tentang pengalamannya berada di negeri orang. Dua hari, semua memang masih terasa mudah. Terimakasih kepada teknologi yang ada saat ini karna telah membuat jarak beribu-ribu kaki berubah menjadi satu inchi. Namun, setelah hari berganti minggu dan minggu pun berganti bulan, semuanya berubah. Lelaki itu semakin jarang memberikan kabar tentang bagaimana keadaan dia. Dan bulan pun berganti tahun. Aku semakin kehilangan sosok itu, jarak itu telah membuat aku kehilangannya. Suatu hari aku membuka akun twitter ku dan menemukan status baru dari akun twitternya "Maaf, ini tidak bisa dilanjutkan". 
        Aku paham. Aku mengerti. Hatinya sudah cukup goyah untuk mempertahankan cinta yang tlah aku bangun selama ini. Hatinya tidak cukup kuat untuk mempertahankan cintanya hanya untukku. Entah dia telah tergoda dengan perempuan berhidung mancung dengan rambut pirang dan mata coklat di belahan dunia sana, akupun tak tau. Yang aku tau, dia tidak cukup berani melawan jarak yang selama ini menjadi momok dalam hubungan jarak jauh kami. 
         Hatiku sudah mengikhlaskan. Hatiku sudah merelakan. Tapi aku selalu menyayangkan, kenapa jarak selalu menjadi masalah bagi dua pasang insan yang telah membangun kasih sedemikian rupa. Kenapa jarak selalu menjadi penghalang besar akan cinta dua orang manusia yang tengah berpadu kasih. 
        Bukan. Jarak hanyalah jarak , 'dia' tidak akan pernah bisa menghancurkan dua pasang hati manusia yang sudah terikat cinta. Lelaki-ku itulah yang memang tidak memiliki benteng pertahanan hati yang kuat. Disini aku selalu berusaha mempertahankan. Disini aku selalu berusaha berpikir positif. Disini aku selalu berusaha beranggapan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan disini aku selalu mencintainya. 
      Dygta. Jika saat ini kita sedang menikmati hujan yang sama, bisakah kamu sedikit meredam kerinduan yang ada dalam hatiku saat ini. Rasa sesak ini selalu hadir setiap saat dikala aku merindukanmu. Jika saat ini kita sedang menikmati hujan yang sama, bisakah aku titipkan pesan rindu ini kepadanya, untukmu. Dan jika saat ini kita sedang menikmati hujan yang sama, bisa kah kamu merasakan air mataku ini mengalir menahan semua perasaan rindu ini.
            Aku bersumpah dibawah naungan hujan saat ini, aku merindukanmu Dygta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar