Lagi-lagi awan mendung senantiasa menaungi pagi di kota-ku ini. Nampaknya ia sangat tahu aku ingin bercerita, karena aku bisa bercerita dengan lancar hanya saat udara terasa sejuk, hawa terasa segar, dan bau-bau aroma hujan menempel disekitaran rerumputan. Otakku berputar mengingat pertemuan dan percakapan panjang dengan sahabat karib-ku yang sudah sejak lama tak ku temui. Dia bercerita tentang kisah cintanya yang begitu rumit, yang pada akhirnya menciptakan presepsi dibenaknya 'semua lelaki sama saja'.
Tak salah apa yang dia pikirkan. Tak salah jika otaknya berkata seperti itu. Karena sebelumnya hatinya telah tersakiti dengan perlakuan seorang lelaki yang menurut-ku itu tidak pantas dilakukan oleh seorang lelaki kepada wanita. Ya, memang pada awalnya mulut lelaki itu begitu manis sehingga perempuan merasa teryakinkan dengan perkataan yang lelaki lontarkan. Disaat wanita tlah terbuai rayu lelaki itu, entah seperti kacang lupa kulitnya tetapi perlakuan lelaki saat masih mengejar si wanita tidak pernah sama dengan perlakuan lelaki saat telah mendapatkan wanitanya. Ketika cinta dan kepercayaan telah diberikan seutuhnya, lelaki itu pun merasa bebas berkuasa atas dirinya. Bahkan tak jarang perlakuan itu terkesan sama seperti 'mendikte' . Disaat seharusnya seorang lelaki bisa memberikan perlindungan untuk wanita, dan membuat wanita merasa nyaman berada didekatnya, yang terjadi justru sebaliknya. Tidak-kah wanita itu adalah makhluk mulia yang diciptakan Tuhan yang juga dari rusuk seorang lelaki ? Tegakah lelaki itu menyakiti tulang rusuknya sendiri ? Dan pantaskah seorang wanita bertahan dengan lelaki yang tidak bisa menghargai tulang rusuknya sendiri ? Dia pantas pergi. Dia pantas melepaskan semua perasaan yang telah dia ciptakan untuk lelaki tak tau diri itu. Oh mungkin aku melupakan. Mungkin ada beberapa hal yang tak lelaki temui dari wanita-nya saat itu. Tapi, tak bisa kah semua diselesaikan dengan hal yang wajar, tanpa menyakiti wanita ? Walaupun pada akhirnya wanita-lah yang banyak menanggung rasa sakitnya.
Setelah berhasil lepas, dia menemukan lelaki lain yang kembali mengejarnya. Tatapan bahagia terpancar dari wajah nya saat bercerita awal pertemuan mereka. Namun memang, tak semudah itu dia membuka hatinya untuk lelaki lain. Masih ada jarak yang harus dia jaga demi menyembuhkan hatinya yang pernah terluka. Entah jarak itu terlalu jauh, ataukah waktu itu terlalu lama. Dia kembali harus menelan pil kepedihan. Lelaki itu tak cukup kuat menunggu dirinya. Menunggu hatinya menyembuhkan luka lama yang telah tergores begitu dalam. Lelaki itu lebih ingin mencari wanita lain yang harus siap menerima dirinya saat itu juga. Dan dia tidak bisa. Tak bisa kah lelaki itu sabar menunggu kelapangan hatinya ? Tidak pantaskah dia menyebut 'semua lelaki sama saja' setelah semua hal yang dia alami ? Mungkin pantas untuk hati yang pernah terluka begitu dalam, begitu lama, begitu sering.
Itu tidak berlaku untuk semua lelaki. Masih banyak lelaki yang bisa menghargai tulang rusuknya dengan sangat baik. Masih banyak lelaki baik yang bersedia melebarkan bahunya untuk tempat sandaran wanita disaat wanita merasa lelah dengan kesakitan lalu yang pernah dia alami. Mungkin waktunya saja belum tepat. Atau mungkin waktunya sudah tepat, tetapi hati yang diterima itu bukanlah hati yang tepat untuk benar-benar diterima.
Bagi wanita yang belum menemukan lelaki-nya, bersabarlah. Tak perlu ngotot mencari. Jika mencari dan yang didapat bukanlah lelaki yang tepat, hati kita lah yang kelak akan terluka.
Dan bagi lelaki, jadilah tempat ternyaman untuk wanita singgahi kelak bersama dengan anak-anaknya.
Cinta tak akan pernah membuat sulit. Cinta tak pernah menyakiti.
Untuk sahabat-ku :
' Percayalah, hatimu yang lembut itu kelak akan ditangkap oleh seorang pangeran berkuda putih yang akan membawa mu ke kuil istana cinta kalian berdua '
Tidak ada komentar:
Posting Komentar