Label

Rabu, 11 Desember 2013

Back to December

Aku meletakkan cangkir kopiku yang kesekian dimeja bundar itu. Meja bundar yang menjadi tempat aku menunggu dengan gelisah, berharap seseorang yang kutunggu segera datang. Beberapa kali aku menengok kearah pintu masuk cafe ini, tapi sesering itu pula aku merasa kecewa, karena ia tak kunjung tiba.



I'm so glad you made time to see me

How's life? Tell me, how's your family?
I haven't seen them in a while 
...


Lagu Back to December- Taylor Swift menggema memenuhi seluruh ruangan cafe ini. Sial ! Nggak ada lagu lain apa selain ini, rutukku dalam hati.

Seseorang yang sejak tadi kutunggu itupun datang. Kulihat ia berdiri didepan pintu masuk cafe dan sedang menoleh kesana kemari. Dia masih lelaki yang sama. Lelaki berkemeja biru itu melangkah masuk kedalam cafe setelah melihat aku memperhatikannya. Ia tersenyum masam.

Aku menarik napas kemudian tersenyum menyambut kedatangannya. "Hallo." Hanya kata itu yang mampu keluar dari bibirku.

Ia menarik kursi dan langsung mengambil tempat tepat disebrang tempat dudukku. "Hai", balasnya enggan.

Aku kembali menarik napas. "How's life ?", tanyaku basa-basi.

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night
And I go back to December all the time
...

Demi Tuhan lagu ini , batinku kesal ketika lirik lagu Taylor dibagian itu memenuhi isi ruangan.

Setelah memesan lemon tea kepada pelayan, ia menjawab pertanyaanku. "I'm fine, too fine. How bout you?"

"Aku juga baik-baik aja Lif", jawabku.

"Jadi, kamu ada perlu apa ngajak aku ketemuan disini?", tanyanya tanpa basa-basi. Aku resah. Keberanian dan kekuatan yang sudah kukumpulkan sejak tadi mendadak musnah. Aku merasa blank, tidak tau bagaimana caranya mengungkapkan itu. Aku tidak tau caranya bagaimana memulai semuanya.

Aku menarik nafas panjang. "Segitu nggak maunya ya kamu ketemu aku? atau kamu emang lagi buru-buru?"

Alif. Lelaki bermata hitam bening itu tampak tersenyum kecut. "Please Nazila .."

"Well. Aku mau minta maaf Lif", ucapku lirih. Kutatap mata bening itu, pertanda bahwa aku sungguh-sungguh dengan ucapanku.

So this is me swallowing my pride
Standing in front of you, saying I'm sorry for that night

Dan lagi, lirik itu mewakilkan semuanya.

Alif tampak tidak berminat dengan percakapan yang baru saja ingin kumulai. "Zil, bisa nggak kita nggak usah bahas itu ? Kayaknya aku lebih senang dengar kita ngomongon masalah kerjaan atau apalah dibanding masalah itu".

"Tapi emang ini tujuan aku nyuruh kamu kesini Lif. Aku mau minta maaf untuk semuanya. Aku mau minta maaf untuk kepergian aku saat itu. Aku mau minta maaf untuk semua rasa sakit yang kamu rasakan saat itu. Aku menyesal." Aku berkata dengan suara bergetar.

Alif menatapku dingin, mungkin mencari kebenaran didalam mata yang berkaca-kaca ini. "Aku maafin kamu Zil", jawabnya singkat, lalu diam.

"Please say something, Lif", desakku.

"You asked me to say what ?" ia balik bertanya.

Aku menunduk dan air mata itu akhirnya jatuh. "Maafin aku malam itu nggak bisa milih Lif. Aku nggak bisa milih kamu. Aku nggak bisa mempertahankan hubungan kita. Maafin aku udah nyerah. Maafin kepergian aku Lif", aku berkata sepenuh hati. Sungguh selama 5 tahun belakangan ini rasa penyesalanku begitu dalam. Penyesalan atas keputusan yang telah kubuat sendiri. Kepergianku malam itu, menggoreskan luka dihati seseorang yang sangat aku cintai.

"Iya aku maafin kamu Nazila. Trus kamu mau apa ? Kamu mau datang lagi ke aku gitu ? Setelah susah payah selama lima tahun aku bertahan dengan luka yang aku yakin kamu nggak akan pernah bisa ngerti."

Demi Tuhan aku mengerti Alif, aku juga merasakan itu, batinku.

Entah kenapa air mata ini semakin mengalir deras. Aku mengusapnya.

And then the cold came, the dark days
When fear crept into my mind
You gave me all your love, and all I gave you was goodbye

"Sudah Nazila, aku sudah maafin kamu. Jadi kamu nggak perlu lagi merasa bersalah seperti ini. Sekarang kita jalani hidup kita masing-masing. Aku sudah punya jalan sendiri, kamu juga sudah punya jalanmu sendiri. Jauh sebelum kamu memutuskan itu, aku sudah tau akhirnya nanti akan seperti ini." Perlahan Alif menyentuh pergelangan tanganku dan dengan jarinya ia mengusap air mata yang mengalir dipipiku.

"Tenang aja, aku nggak akan pernah benci sama kamu Zil. Gimanapun juga kamu pernah jadi bagian terindah dalam hidup aku. Aku justru bahagia kalau kamu bahagia. Seandainya saat ini kamu masih sama aku, mungkin kamu nggak akan sebahagia seperti hidup yang kamu lalui sekarang. Dan aku juga udah cukup menerima hidupku yang sekarang", Alif menatap mataku lembut. "Aku sayang sama kamu Zil, rasa sayang aku nggak pernah berubah. Tapi keadaan sudah berubah dan nggak akan pernah bisa kembali seperti dulu. Rasanya udah beda Nazila. Aku yakin kamu mengerti itu", tambahnya. 

Akuterdiam. "Aku pergi. Kamu boleh cari aku kapan aja. Tapi ingat, kita yang sekarang bukan kita yang dulu." Alif berdiri dan perlahan menghilang dari hadapanku. Kristal-kristal bening itu pun kembali berjatuhan.

I miss your tan skin, your sweet smile
So good to me, so right
And how you held me in your arms that September night
The first time you ever saw me cry
Maybe this is wishful thinking
Probably mindless dreaming
But if we loved again, I swear I'd love you right
I'd go back in time and change it, but I can't
So if the chain is on your door, I understand
...

Aku terisak. Oh Taylor, terimakasih telah menciptakan lirik yang begitu indah ini. 

Pada akhirnya aku terpaku pada satu hal. Aku menyesal pergi dari seseorang yang memberiku cinta sepenuh hatinya. Aku menyesal membuatnya terluka dan jika bisa aku kembali pada malam itu, aku akan perbaiki semuanya. Kebebasan yang selama ini ingin kucari tidak ada artinya karena aku tetap merindukannya. 

Tapi Alif, ia sudah memilih jalan yang telah kupilih lebih dulu. Meninggalkanku. Mungkin tidak benar-benar meninggalkanku. Ia hanya meninggalkan cerita kita yang dulu pernah ada. Masalahnya hanya siapa yang lebih dulu pergi berlalu, dan saat itu aku. Kini, ketika ia pun memilih jalan yang sama sepertiku, pantaskah aku merasa tidak terima dengan semua itu ?

Daun akan terus jatuh dari pohon. 
Kamu tidak akan pernah bisa meminta orang lain untuk tetap bersamamu. Terkadang, kamu harus membiarkannya pergi dan kamu harus tetap tinggal.

You gave me all your love, and all I gave you was goodbye ...

2 komentar:

  1. searasa ak ada diposisi si alif... gua bacanya sambil berkaca-kaca loh.. soalnya ceritanya sama :) :)
    tapi, ya sudah lah,, yg lalu biarlah jadi masa lalu :)

    http://expresiuci.blogspot.com/

    BalasHapus
  2. ikut sedih ya :')
    yaa gitu emang hidup, kita gak tau ujungnya bakalan gimana.. :)

    BalasHapus