Label

Rabu, 25 Februari 2015

Fall into pieces

Untuk seseorang yang kehadirannya masih sangat kurindukan, aku tidak akan pernah memaksamu kembali pulang...


Bagaimana rasanya ketika apa yang kamu perjuangkan mati-matian telah berakhir? Bagaimana rasanya saat aku masih berusaha memperjuangkanmu, memperjuangkan kita, tapi nyatanya kamu berhenti ditengah jalan? Aku sudah terlalu jauh melangkah, aku sudah terlalu jauh berlari, namun tiba-tiba dirimu berbalik arah dan menghentikan langkah kaki.


Satu hari selepas kamu benar-benar melepaskanku dari kehidupanmu, duniaku seakan runtuh. Berlebihan memang, tetapi begitulah kenyataan. Aku hanya berdiam diri diatas tempat tidur, dengan keadaan yang berantakan, dengan hati yang juga tidak kalah berantakan. Jika aku putri duyung, mungkin aku sudah menjadi orang paling kaya se-dunia karena tiap bulir-bulir air mataku yang jatuh berubah menjadi berlian. Ya, aku menangis sejadi-jadinya. Bertemankan boneka sapi yang dulu pernah kita miliki bersamam, aku menatapmu. Menyesali mengapa saat malam itu aku tidak berusaha mempertahankanmu? Menyesali mengapa saat malam itu yang aku bisa hanya menangis dan mengiyakan permintaanmu untuk mengakhiri perjuangan kita. Menyesali mengapa saat malam itu aku tidak berusaha kembali memelukmu dan mengucapkan, "Bertahanlah sayang, cepat atau lambat badai ini pasti akan berlalu. Bertahanlah". Aku menyesali mengapa saat malam itu aku hanya bisa berlalu pergi sesaat setelah kamu mengantarku pulang, yang seharusnya kulakukan adalah menahanmu untuk tetap bersamaku, karena aku mencintaimu.

Bahkan saat ini, berhari-hari setelah kepergianmu, aku masih saja menangis. Sekali lagi memang ini berlebihan. Aku sudah berusaha untuk kuat, aku sudah berusaha menerimanya. Aku sudah berusaha merelakannya, dan aku bisa walaupun itu hanya sekedar berpura-pura. Namun saat melihat dirimu, air mata ini rasanya tidak tertahankan untuk tidak jatuh. Saat melihatmu, hati ini, jantung ini masih saja berdegup kencang. Saat melihatmu tersenyum, hati ini masih terasa sakit. "Senyum itu dulu milikku". Saat melihatmu tertawa, aku juga ikut tertawa. "Lihat, bagaimana kekanakannya kamu dengan tawa renyahmu itu". Saat mendengar seseorang menyebut namamu, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak berpaling. "Nama itu dulu yang sering kurapal dalam setiap doa-doaku, bahkan sampai saat ini".

Mengapa aku tidak melakukannya? Mengapa aku tidak menahanmu agar tidak pergi? Sayang, aku tidak seegois itu. 

Aku menyadari, sudah sejak lama kamu lelah denganku, dengan kita. Aku tau, sudah sejak lama kamu ingin berhenti dengan kita. Namun saat itu aku masih mempertahankannya, jahat ya aku ? Aku masih merasa bahagia bahkan disaat kamu sudah merasa tidak nyaman dengan kita. Aku masih merasa memilikimu bahkan disaat kamu sudah tidak ingin memilikiku lagi. Aku masih merasa, dirimu begitu berarti bahkan saat kamu pelan-pelan berusaha melepaskan diri dariku. Sejujurnya aku tidak menutup mata, aku menyadarinya. Hanya aku terlalu takut untuk menghadapi kenyataan yang kamu berikan, aku tidak mau dan tidak ingin.

Banyak yang bertanya, sedihkah aku? Kecewakah aku? Marahkah aku? Jawabannya adalah iya. Aku sedih. Aku kecewa, dan aku marah. Bahkan saat ini, ketika secara tak sengaja aku bertemu denganmu. Aku berusaha menahan diri agar tidak berlari kearahmu, memelukmu, memarahimu, dan mengatakan aku membencimu. Aku begitu membencimu. Berharap dengan makian itu bisa sedikit memupuskan rasa sakit yang menebal ini. Tapi aku tidak bisa melakukannya, membencimu, sungguh aku tidak bisa. Saat kamu seolah-olah tidak pernah mengenal kita seperti sekarang, aku masih saja berusaha menghadirkan kita kembali disetiap hari-hari yang kulalui, dan itu rasanya sangat melelahkan. Aku masih tertatih, aku masih terseok, bahkan hanya untuk menghapuskan namamu dalam ingatanku, menghapuskan kenangan kita dari hatiku, aku masih belum mampu. 

Maka izinkan aku masih menyimpannya. Sejauh apapun kini kamu telah berjalan kedepan, izinkan aku masih mendekap kita dalam memoriku. Izinkan aku masih menghadirkan aroma parfummu yang kamu tau, aku sangat menggilainya. Tenanglah, aku tidak akan pernah memaksamu lagi untuk berbalik arah. Aku bahagia melihatmu sudah kembali berjalan tegap kedepan. Aku bahagia melihatmu sudah kembali menata kehidupan dan bersiap melakukan pencarian untuk seseorang yang akan menemanimu kelak. Aku bahagia, percayalah denganku, aku sangat bahagia.

 
 

2 komentar:

  1. Yang berantakan bisa dirapikan, yang patah bisa disatukan, yang jatuh tetap bisa bangkit lagi. Pasti. Tetap semangat ya, Manis. Semoga kamu pun lekas berbahagia dengan kisah baru.

    Salam kenal. :*)

    www.nhazmontana.com

    BalasHapus
  2. hmm, tentang seseorang dari masa lalu kah..
    membuka hati untuk sesuatu yang baru dan meninggalkan yang lama mungkin hal yang tepat untuk dilakukan :)

    BalasHapus