Ketika saya menulis ini, perlahan hati saya telah pulih. Bukan berarti pulih sempurna. Hanya belajar bagaimana merelakan dengan benar. Ketika saya menutup mata dan merasakan keheningan, rasa sakitnya masih terasa. Namun saya sadar, untuk apa terus menutup mata jika dengan membuka mata Tuhan telah menciptakan dunia yang harusnya bisa dinikmati dengan bahagia ?
Mencintaimu. Sesederhana itu. Ketika saya menulis ini, mungkin rasanya sudah perlahan memudar. Saya sadar, bukan cinta yang tersisa. Hanya sedikit sesak yang seharusnya tidak lagi saya sesali karena memang takdir Tuhan sudah menggariskan seperti ini. Mencintaimu. Tidak ada lagi. Saya sudah lepaskan semuanya. Saya sudah terbangkan semuanya. Rasanya begitu damai, meski sering rasa rindu itu selalu ada.
Kini merindukanmu pun menjadi salah satu hal yang sering saya rasakan dengan nyata. Namun kembali saya sadar, saya telah melepaskan semua cinta dan rindu itu, saya kembalikan kepada Tuhan. Karena saya perlahan belajar mempercayai satu hal bahwa apa yang menjadi milikmu tidak akan pernah tertukar menjadi milik orang lain, kapanpun itu.
Saat ini harapan saya sederhana. Biarkan saya bahagia dengan melihatmu bahagia. Jadi jangan pernah sedikitpun kamu tunjukkan kesedihanmu dihadapan saya, karena saya tidak akan bisa melihatnya. Saya tidak akan tahan untuk tidak berlari memelukmu dan berkata semuanya akan baik-baik saja. Saya tidak terlalu mengenalmu, namun saya cukup memahamimu. Apa yang tidak kamu utarakan. Apa yang kamu rasakan hanya akan kamu rasakan tanpa pernah bisa kamu bagi. Temukan orang yang bersedia menjadi tempatmu bersandar. Temukan orang yang bersedia memberi bahu ketika bahkan lelaki terkuat sepertimu pun merasa dunia sedang tidak berpihak kepadamu.
Jangan khawatir, inipun berlaku untuk saya.
Saya akan sangat bahagia jika suatu bisa menyapamu dengan tawa. Ketika cinta ini sudah menjadi biasa, kamu tidak perlu khawatir, secepatnya saya akan melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar