It hurts like hell when someone makes you feel special then suddenly
leaves you hanging, and you have to act like you don’t care at all.
Entah sudah berapa menit mereka
hanya saling tatap, saling menghela napas panjang, dan saling memejamkan mata,
penat. Putri tidak perlu waktu lama untuk memahami maksud sahabatnya itu,
bagaimana ia menceritakan semuanya, bagaimana ia berusaha jujur pada Putri, sahabatnya,
sahabat yang selalu Putri nobatkan sebagai –best friend sejak zaman belum kenal
make over, naked, dan berbagai merk make up lainnya-
“So, Sa, do you love him ?”,
tanya Putri menatap lekat pada manik mata Khansa. Yang ditanya hanya membalas
tatapan mata Putri dengan berkaca-kaca.
***
Ini adalah tentang Putri dan Radit.
Mereka berdua adalah sahabat terbaik Khansa, yang ia kenalkan satu sama lain
lalu menjalin kedekatan sebagaimana mestinya. Ini adalah tentang Putri yang
memang menaruh rasa kepada Radit jauh sebelum Khansa berencana menjodohkan mereka
berdua. Ini tentang Radit yang bagaimana hatinya, baik Putri ataupun Khansa
tidak ada yang tau. Dan tentang Khansa, yang sejujurnya juga tidak bisa
mengelak dari perasaan nya yang tumbuh untuk Radit.
Selama dekat dengan Radit, Putri
pun tidak bisa menamakan sebuah nama pada hubungan mereka, apakah mereka
memiliki hubungan atau tidak, sayangnya Putri sendiri tidak tahu. Selama ini ia
hanya menjalaninya saja, didukung oleh Khansa yang merasa Putri dan Radit bisa
menjadi pasangan yang serasi. Sedangkan Radit, merupakan laki-laki ter-manis
yang pernah Putri kenal sehingga untuk menanyakan kejelasan hubungan mereka
saja Putri enggan, enggan karena merasa tidak ingin kehilangan apa yang telah
mereka bangun, walaupun mereka tidak memiliki nama untuk itu.
Hingga pada akhirnya Radit
tiba-tiba meninggalkan Putri, Khansa memeluk Putri dan mengutuk sahabat
laki-lakinya itu. Bagaimana bisa ia melakukan ini pada seorang Putri ? Ia hanya
seorang ‘jerk’ yang bahkan tidak bisa melihat ketulusan dari seorang Putri.
Namun Putri selalu meyakinkan Khansa bahwa dirinya baik-baik saja, walaupun
sebenarnya ia tidak tau berbentuk seperti apa hatinya saat ini, remukan,
pecahan, atau kepingan, sama saja. Khansa terus merasa bersalah karena telah
mengenalkan Radit pada Putri yang ternyata malah menyakiti sahabatnya itu.
“Udah lah Sa, bukan salah dia
ini. Gue yang harusnya nyadar dari awal, he never look at me Sa. Dia gak pernah
sayang sama gue. Jadi kalopun dia pengen pergi kayak sekarang ini, ya emang
udah hak dia”, ucap Putri sambil menikmati ice cream vanilla nya. Eat your sorrow until there’s no more left.
See ? Bahkan saat Radit menyakiti
Putri seperti itu pun, dia tetap bersikap seolah olah Radit berhak
menyakitinya. “Ya tetep aja Put, gak seharusnya dia kayak gitu. Kalo dia emang
gak suka dari awal sama elo, ya harusnya dia ngomong”, Khansa tetap kekeuh pada
kekesalannya pada Radit.
“Yaudah sih, gue gak pengen juga
denger apa-apa dari dia. Kalo ternyata dia lebih bahagia sama ceweknya yang
sekarang itu, lah gue bisa apa sih Sa? Bahkan nanyain kita pernah punya
hubungan apa aja gue gak bisa”, ucap Putri.
“Tapi serius, masa sih lo ga
pengen tau gitu sebenernya Radit nganggep lo itu apa ? Hubungan kalian itu apa
?”, tanya Khansa, gemas pada tingkah sahabatnya itu yang seakan tidak ingin
memperjelas status dan kedudukannya di mata laki-laki itu.
Putri melahap potongan waffle nya
yang terakhir, sambil membersihkan mulutnya dari sisa-sisa ice cream dengan
tissu. “Lo aja yang nanya, kan sahabatnya, kalo lo penasaran lo tanya aja
langsung ke dia”, jawabnya ogah-ogahan.
Khansa mengernyitkan dahi, seolah
berpikir dengan saran Putri. Iya, seharusnya hal itu tidak sulit untuk Khansa
lakukan, dan Radit pasti memberi jawaban padanya.
Putri tertawa melihat kebingungan
Khansa. “Yaudah ah ga usah dipikirin dan ga usah lo tanya juga, gue cuma
bercanda kali Sa. Buat apa gue tau jawaban yang gue sendiri sudah tau
jawabannya”.
Kali ini Putri serius, ia tidak
ingin sahabatnya merasa cemas dengan rasa bersalah yang sebenarnya tidak ada
hubungannya juga dengan Khansa, apa yang telah dia alami, apa yang dilakukan
Radit saat ini juga bukan bagian dari rencana dan keinginan Khansa dan Putri
sendiri tentunya kan. “Lo ga usah merasa bersalah gitu ah, bukan salah lo, litterally
ini bukan salah lo. Ya emang udah takdirnya aja kali kayak gini. Yang gue mau
sekarang cuma bener-bener hilang dari hidupnya Radit, cukup gue delcont aja nih
kontaknya, instagramnya dan semua kontak dia yang gue punya, and move on”, seru
Putri sambil menunjukkan handphone nya yang sudah tidak ada lagi Radit di
berbagai kontak aplikasi chat yang ia miliki.
Khansa tersenyum. “I love you to
the moon and back dah Put !”, seraya memeluk sahabatnya itu.
“Kalo kata gue, i love you to the
dunya till jannah dah Sa”, lalu mereka berdua sama-sama tertawa. Sejak saat itu
tidak ada lagi perbincangan mengenai Radit. Namun beberapa kali Khansa masih
sering keceplosan menceritakan bagaimana kehidupan Radit saat ini. Putri dan Radit
boleh sudah tidak berhubungan, tetapi Khansa dan Radit yang memang merupakan
sahabat satu kampus, masih tetap saling berkomunikasi, karena hal itu juga yang
diinginkan Putri. Ia tidak ingin hubungannya dengan Radit juga mempengaruhi
hubungan Khansa dengan Radit. Diluar itu semua, Radit cukup baik untuk
dijadikan sebagai sahabat.
Putri sudah tidak memiliki
perasaan apapun terhadap Radit, dengan tidak berhubungan dengan Radit
memudahkannya untuk move on dari laki-laki itu. Walaupun Khansa selalu bilang
bahwa beberap kali percakapan ia dengan Radit membahas Putri, dan bagaimana
Radit menyampaikan salam untuk Putri yang hanya ditanggapi Putri dengan senyum.
“Dia minta kontak lo nih Put,
kasih gak ?” tanya Khansa. Mereka saat ini sedang lunch di salah satu restoran
favorit mereka sejak jaman SMP.
“Menurut lo gimana ?” Putri balik
bertanya sambil mengunyah steak di mulutnya.
Khansa mengangkat bahu. “Kasih
aja sih, lagian dia sekarang juga udah gak sama ceweknya itu kok Put, dan
mereka gak mungkin balik lagi. Itu Radit udah gedek banget sama cewek itu”,
Khansa tertawa mengingat bagaimana cerita Radit tentang cewek yang membuatnya
berlalu dari Putri dan menyebutnya sebagai hasil dari perbuatannya karena telah
menyakiti Putri. “Lo nya gimana ? Kalo temenan sama dia lagi gapapa?".
Putri terlihat berpikir, sedetik
kemudian ia mengangguk. “Yaudah kasih aja, lagian gue juga udah ga
gimana-gimana ini sama dia. Yah sebagai bukti aja kalo gue baik-baik aja”,
jawab Putri. Khansa mengangguk dan kemudian memberi kontak Putri kepada Radit.
Setelah aksi pemberian kontak
itu, Radit tidak langsung menghubungi Putri. Sebenarnya Putri juga
bertanya-tanya, apa Radit tidak merasa bersalah dengan apa yang telah ia lakukan
dulu? Sebegitu tidak pentingnya kah Putri dimatanya ? Namun setelah beberapa
minggu berlalu, datang pesan permintaan maaf dari Radit.
Raditya Nugraha
Put, sorry for
hurting you. Really.
Aku bener-bener
minta maaf Put. Aku ga bermaksud kayak gitu.
Putri Sarasvati
It’s
Ok Dit. Bukan salah kamu.
Emang
dari awal kita ga ada apa-apa kan, jd ga masalah kok
Raditya Nugraha
Thankyou Putri :)
Khansa
tersenyum membaca chat dari Radit yang Putri tunjukkan dan beberapa chat lainnya
yang membuat senyumnya semakin mengembang. Sudah hampir dua bulan dari aksi
pemberian kontak itu dan intensitas komunikasi Radit dan Putri juga meningkat. Sebenarnya
Putri juga tidak mengerti bagaimana bisa ia welcome lagi dari orang yang
jelas-jelas sudah pernah mem-berantak-kan hatinya. Ia hanya melupakan begitu
saja, kembali senyum-senyum ketika kembali berkomunikasi dengan Radit, dan
mengiyakan ajakan Radit untuk bertemu. Memang, perempuan jadi lebih gampangan
ketika menyangkut dengan orang yang sudah terlanjur ia sayang. Bukan gampangan
dalam arti negatif. Tapi gampangan dalam hal gampang memaafkan, gampang
menerima ajakan, dan gampang percaya kembali, termasuk Putri.
“Gue
takut aja Sa”, ungkap Putri dari kegelisahannya beberapa hari ini menyikapi
bagaimana kedekatannya lagi dengan Radit.
“Dia
bener-bener kali ini Put. Gue udah ngomong ama dia, kalo untuk kali ini dia
cuman lagi-lagi mainin lo, dia gak bakalan gue maafin, gue gak bakalan mau jadi
sahabatnya lagi. Tapi kali ini dia serius, dia pengen maju sama lo, dia pengen
jadiin lo satu –satunya”, Khansa meyakinkan Putri. Putri menatap kosong Khansa,
ia ingin percaya tapi takut. Tapi Khansa tidak berbohong, sebelum ia
mengizinkan Radit kembali menemui Putri, ia terlebih dahulu mewanti-wanti Radit
agar jika tujuannya kali ini hanya untuk kembali menyakiti Putri, lebih baik
tidak usah sama sekali. Dan jawaban Radit saat itu. “Gue pengen coba sama
Putri, Sa” dan Khansa melihat kesungguhan di mata Radit saat mengucapkan hal
itu yang membuat Khansa percaya dan memegang perkataan Radit.
Khansa
menggenggam erat tangan Putri. “Sahabat gue itu aslinya baik kok, dia laki-laki
yang baik. Kalo lo mau percaya lagi sama dia silahkan gue dukung, tapi kalo lo
gak bisa juga gak papa Put. Tapi gue liat masih ada rasa sayang di mata lo
untuk dia kan?”. Putri mengangguk.
“Jalanin
aja, gue jamin kali ini dia serius Put”, ucap Khansa lagi. Putri memeluk
Khansa, baiklah ia akan kembali mencoba, kembali mencoba menjatuhkan hatinya
pada laki-laki itu, laki-laki yang sempat pergi meninggalkannya. Ia tidak
memegang kata-kata Khansa, karena ia tau tidak ada yang bisa menjamin hati
orang kedepannya akan seperti apa, begitu juga Khansa. Ia hanya ingin mencoba,
mencoba kembali merebut hati Radit, mencoba kembali membuat Radit jatuh cinta
padanya, ya, ia akan mencoba.
Kamu
boleh mencoba, tapi tidak ada yang bisa memaksakan hati seseorang, apalagi itu
cinta. Cinta tidak bisa dipaksa, bagaimanapun, seperti apapun, laki-laki kalau
dia memang sudah tidak cinta, mau sampai kapanpun baginya juga tidak.
Kalimat
itu yang selalu terngiang di kepala Putri, dan kalimat itu memang benar. Sudah
berapa lama Radit dan Putri berkomunikasi kembali, jalan, makan, nonton, dan
berbagai aktivitas lainnya. Yang Putri tau Radit sedang mencoba dekat
dengannya, Radit sedang berusaha menumbuhkan perasaan dalam hatinya untuk
Putri, dan yang Putri tau, Radit gagal melakukan itu semua. Radit memang tidak
bisa mencintainya, dan tidak akan pernah bisa. Yang selama ini ia lakukan
bersama Radit hanya murni memiliki bakcground sebagai teman, bukan sebagai
seseorang yang saling mencintai. Khansa pun sudah tau hal itu dan kembali
mengungkapkan kekesalannya pada Radit.
“What
the hell banget sih tu orang Put”. Dan beberapa makiannya untuk sahabatnya
sendiri, sedangkan Putri hanya tersenyum, merasa bodoh, merutuki dirinya
sendiri kenapa harus kembali terbawa perasaannya selama ini. Dan sejak saat itu
Khansa melarang Putri kembali berhubungan dengan Radit, ia tau sahabat
laki-lakinya itu belum cukup serius untuk menjalin komitmen, berbeda dengan
Putri yang saat ini ia tidak lagi ingin main-main dalam suatu hubungan. Putri
mengiyakan. Namun beberapa kali, mereka masih berkomunikasi, hanya untuk
bertukar canda, dan berakhir pergi berdua, entah untuk sekedar makan, nonton,
ataupun nongkrong dan saling tukar cerita. Putri menikmati hal itu. Baginya
tidak apa Radit tidak bisa mencintainya, tapi Radit masih ingin bersamanya
seperti ini itu sudah lebih dari cukup. Ia masih bisa bertukar cerita bersama
Radit seperti ini pun sudah menjadi hal yang membahagiakannya. Ia sudah tidak
lagi menanyakan hubungan apa antara ia dan Radit, karena ia tau tidak akan
pernah ada hubungan apa-apa antara ia dan Radit saat ini ataupun di masa depan.
Yang dilakukan Radit sudah cukup membuka mata Putri bahwa, mereka tidak akan
pernah bisa saling mengisi satu sama lain, mereka tidak akan pernah bisa saling
melengkapi, apalagi saling mencintai, karena hanya akan berakhir Putri yang
mencintainya, sedangkan Radit tidak.
Hal
yang jauh dari perhatian Putri adalah bagaimana perasaan Khansa yang
sebenarnya. Putri memang sudah mengira, dan sering bertanya-tanya dengan
kedekatan Khansa dan Radit, apakah tidak pernah sedikitpun terbesit perasaan sayang
diantara keduanya ? Melihat bagaimana hubungan sahabat yang dimiliki Khansa dan
Radit, yang dilihatnya malah lebih serasi dibanding dengan dirinya bersama
Radit. Tapi Putri percaya, Khansa memang murni bersahabat dengan Radit, walaupun
ia tidak percaya dengan hubungan laki-laki dan perempuan yang berstatuskan
sahabat adalah benar-benar murni sebagai sahabat, yah setidaknya ia mencoba
percaya. Hingga pada suatu hari, apa yang perasaannya katakan itu benar.
Bagaimanapun Khansa itu perempuan, sama sepertinya, Khansa juga punya hati yang
juga bisa terbawa perasaan jika perlakuan Radit begitu manis padanya, ada saat
titik terendah dan tertingginya, bagaimana Radit selalu menjadi orang yang
paling bisa ia hubungi saat ingin bercerita, bagaimana Radit selalu menjadi
orang yang membuatnya merasa nyaman untuk menceritakan apapun itu, bagaimana
Radit adalah orang yang menemaninya saat ia kehilangan orang yang paling ia
sayang. Setidaknya, seperti itu cerita yang barusan Putri dengar dari Khansa,
setelah pengakuannya beberapa saat lalu, bahwa Khansa tidak mengerti perasaan
apa yang ia miliki untuk Radit.
“Gue
gak ngerti Put kenapa gue jujur kayak gini sama lo. Gue hanya gak bisa bohong
sama lo, gue sayang sama lo”, matanya berkaca-kaca.
“Iya
ih gapapa Sa, cerita aja. Kenapa sebenernya lo sama Radit ?”, tanya Putri. Jauh
di dalam hatinya ia juga sedang menyiapkan jawaban yang akan ia dengar dari
Khansa, ia cukup tau jawaban seperti apa itu. Bukan jawaban yang akan menimbulkan
bunga-bunga dalam hatinya, tentunya.
“Gimana
sih Put rasanya lo punya orang yang selalu ada buat lo, di saat up and down lo
dia salah satu orang yang paling cepet memberikan dukungannya, orang itu
bersedia lo gangguin hanya sekedar nemenin lo belanja ke supermarket, orang itu
selalu ada nemenin lo saat saat terburuk lo, orang itu selalu membuat lo
nyaman, bahkan untuk menceritakan hal-hal buruk dari diri lo sekalipun. Gue gak
ngerti lagi Put gimana ngomong ini ke lo”, Khansa mulai terisak. Putri masih
menatapnya dengan sorot meminta penjelasan.
“Dan
belakangan ini komunikasi kita intens banget, waktu itu gue jalan sama dia
hanya sekedar nemenin dia makan, dan setelahnya kita telponan sampai jam 2
pagi, yang entah itu ngomongin apa Put, parahnya pagi harinya yang biasanya dia
biasa aja ke gue, ini dia ngelakuin hal yang gak biasa Put”, Khansa menyeka air
matanya.
“Udah
ga usah diceritain hal yang gak biasanya itu apa”, potong Putri cepat lalu
tersenyum sambil membasahi kerongkongannya dengan Mocca Float yang ia pesan.
“Entah
kenapa saat itu gue baper se baper bapernya Put sama dia. Gue tau ini salah,
dan gue tau dia juga bakalan biasa aja menyikapi ini, cuman gue disini yang
terlalu bertingkah dan berperasaan lebih. Dan gue jujur sama lo gini gak
bermaksud apa apa, gue cuman gak mau bohong aja sama lo”, ucap Khansa lirih.
“Gue
ngerti kok Sa. Lagian lo tau kan gue ama dia juga gak ada masa depan. Bukan gue
underestimate sama dia, tapi karena dia emang gak pernah suka sama gue Put”,
ucap Putri. Ia sangat menghargai bagaimana Khansa jujur padanya. Setidaknya
saat ini ia tau, alasan ketidakmungkinan hubungannya akan berkembang bersama
Radit bertambah, karena sahabatnya ini juga menaruh rasa pada laki-laki itu.
“Gue
ngerasa bersalah aja, saat gue mati-matian bilang sama lo untuk ngontrol
perasaan lo ke Radit, jangan mau terlalu terbawa perasaan gara-gara Radit, tapi
malah gue yang mengingkari perkataan gue sendiri Put”, setetes air mata kembali
jatuh di pipi Khansa.
“Gue
lagi ngelakuin itu kok Sa, udah ah lo jangan khawatir, itu hak lo untuk cinta
sama siapa aja. Masalah gue sama Radit, gue rasa udah selesai sih, gue gak akan
berhubungan lagi ama dia, itu udah bulat jadi keputusan gue sekarang”, Putri yakin dengan
janjinya kali ini, ia tidak akan kalah.
Khansa
memeluk Putri. “Maafin gue Put, maafin”, ia terisak. Mata Putri pun ikut
berkaca-kaca, sambil mengelus punggung Khansa.
“Cinta
sama orang,ngerasa nyaman sama orang itu bukan perbuatan dosa kok Sa. Really”,
ia menarik napas panjang. “So, Sa, do you love him?”
“Gak
Put, kalo gue bisa memanipulasi cinta dan memanipulasi jodoh gue, gue gak mau
sama dia”, bantah Khansa. Putri tersenyum. Bahkan hubungan persahabatannya dengan
Khansa jauh lebih berharga dari sekedar laki-laki yang bagaimana perasaannya
yang sesungguhnya saja, sampai saat ini Putri tidak tau.
Yang
Putri juga tidak tau adalah bagaimana perasaannya saat ini. Dia tidak merasa
marah sama sekali dengan Khansa, ia juga tidak merasa Khansa mengkhianatinya,
seperti yang Khansa rasa. Ia hanya merasa kecewa, menyesal, kenapa ia tidak
begitu pintar membaca situasi. Bahkan sebagai orang yang Khansa bilang akan
dijadikan satu-satunya oleh Raditpun, Radit tidak pernah menelponnya sampai jam
2 dini hari seperti itu, Radit tidak pernah mengucapkan kata-kata manis, Radit
tidak pernah berkeluh kesah tentang bagaimana kesehariannya, Radit tidak merasa
nyaman dengannya, oh really Putri begitu bodoh. Kebodohan itulah yang membuatnya
sakit hingga saat ini. Membayangkan bagaimana Khansa dan Radit yang memang
seolah-olah ditakdirkan untuk bersama dan saling melengkapi, sampai laki-laki
itu tidak masalah menghabiskan sisa malam hanya untuk menelpon Khansa. Di
bagian mana hal itu tidak menguatkan bahwa sesungguhnya Radit juga memendam
rasa untuk Khansa ? Mereka sama-sama memiliki perasaan lebih dari sekedar
sahabat, hanya diantaranya tidak ada yang memulai untuk mengakuinya, tidak ada
yang mulai membuka sedikit celah kegengsian bahkan hanya untuk sekedar
merasakan cinta itu hadir diantara mereka. Setidaknya seperti itulah spekulasi
Putri untuk keadaan saat ini, ia tidak ingin merasa naif dan menutup mata dari
cinta yang tersirat dari keduanya.
Putri
tidak pernah menyalahkan Khansa, sungguh siapa yang bisa mengelak dari rasa
cinta heh ? Khansa mempunyai hak untuk ini semua, tapi Khansa tidak memiliki
hak untuk disakiti, tidak ada yang bisa menyakiti sahabatnya itu, setidaknya
seperti itulah harapan Putri untuk Khansa saat ini.
Putri
juga tidak pernah menyalahkan Radit, jika Radit tidak bisa mencintainya, ia tau Radit telah mencoba, tapi lagi-lagi siapa yang bisa memaksa cinta ? Karena
memang dari awal Putri sudah tau, Radit tidak mencintainya dan tidak bisa
mencintainya. Ia hanya ingin kebahagiaan untuk laki-laki itu.
Dan
untuk dirinya sendiri, Putri memilih mundur, entah bagaimana kelanjutan
hubungan Khansa dan Radit, ia sungguh tidak ingin tahu. Asalkan hubungan
persahabatannya dengan Khansa masih baik-baik saja, ia akan baik-baik saja. Ia
hanya masih memerlukan waktu untuk menerima apa yang sudah dilihat dan
ditangkap oleh mata hatinya sendiri. Ia hanya ingin melanjutkan hidupnya dan
benar-benar menghapus nama Radit dari isi kepalanya and act like she didn’t care at all.
buat ceritanya, aku gak bakal komentar karena semua punya seleranya masing-masing. tapi mau nanya nih, nulis di wattpad juga gak? kalo iya mau baca2 lagi nih, kayaknya menarik
BalasHapusditunggu kunjungan baliknya ke estolagi.blogspot.com ya, kalo bsa sekalian komentar hahaha
Iya semua tergantung selera ya hehe
HapusKebetulan gak nulis di wattpad nih :D
Siaapp akan saya kunjungi hehe
Waaah.. pinter bikin cerita yah. Salam kenal ya.
BalasHapusSalam kenal kembali mas hehe
HapusCuman mau bilang kalo sebaiknya jangan terlalu banyak menyebut nama tokoh dalam satu paragraf. Kamu bisa ganti dengan kata ganti seperti, "Ia, dia atau dirinya." Salam kenal :D
BalasHapusWaah iya ya kebanyakan nyebut nama, terimakasih loh mas saran nya, salam kenal kembali :D
HapusBROKER TERPERCAYA
BalasHapusTRADING ONLINE INDONESIA
PILIHAN TRADER #1
- Tanpa Komisi dan Bebas Biaya Admin.
- Sistem Edukasi Professional
- Trading di peralatan apa pun
- Ada banyak alat analisis
- Sistem penarikan yang mudah dan dipercaya
- Transaksi Deposit dan Withdrawal TERCEPAT
Yukk!!! Segera bergabung di Hashtag Option trading lebih mudah dan rasakan pengalaman trading yang light.
Nikmati payout hingga 80% dan Bonus Depo pertama 10%** T&C Applied dengan minimal depo 50.000,- bebas biaya admin
Proses deposit via transfer bank lokal yang cepat dan withdrawal dengan metode yang sama
Anda juga dapat bonus Referral 1% dari profit investasi tanpa turnover......
Kunjungi website kami di www.hashtagoption.com Rasakan pengalaman trading yang luar biasa!!!